Sabtu, 07 April 2012
Cyber Comunnication
Berbeda dengan di Negara luar seperti Amerika yang menggunakan cyber communication sebagai fasilitas seluruh aspek mereka, jika di Indonesia hampir semua masyarakat menggunakannya tetapi ada sebagian juga yang tidak bisa menggunakan komunikasi secara cyber atau bahkan ada yang tidak mengetahuinya. Di Amerika Serikat perkembangan dunia maya sudah sangat maju. Dengan semakin berkembangnya cyber communication pastinya bukan hanya hal positif saja yang masuk dalam unsur cyber comm ini, pastinya juga ada hal negatifnya yang menyuruh kita harus tetap berhati-hati di dalam menggunakan internet (Cyber comm) sekarang ini. Oleh karena itu ada namaya cyber law yang merupakan suatu hukum di dunia maya, bisa dikatakan jika di Negara lain seperti di Amerika, Singapura, Australia, New Zealand serta Negara-negara Eropa lainnya yang memiliki Cyber law untuk melindungi masyarakat dan Negara dari kejahatan dunia maya sudah sangat terorganisir dan maju, sedangkan perkembangan Cyber law di Indonesia sendiri belum bisa dikatakan maju, karena penggunaan internet belum merata di seluruh Indonesia.
Cara Meliput Berita
Jurnalis bingung ketika meliput berita? Sering. Mengapa bingung? Banyak alasannya. Mungkin dia belum punya jam terbang yang cukup. Bisa jadi karena memang sama sekali belum tahu caranya. Lha, kalau jurnalis bingung menulis berita? Juga sering. Sedemikian banyak episode dalam sebuah peristiwa dan semuanya dianggap menarik, justru membuat jurnalis bingung mau memulai tulisan dari mana.
Senyampang wikimu.com sedang mengadakan berbagai pelatihan menulis berita/laporan tematik, saya mencoba berbagi pengalaman mengenai cara meliput dan menulis berita yang akan saya tulis secara bersambung.
Memang sudah banyak bertebaran tulisan mengenai cara meliput dan menulis berita, baik di buku-buku teks sekolah ataupun di Internet. Ya, anggap saja ini sekadar pelengkap. Lagi pula, saya lebih senang memberikan tips yang aplikabel, meski di sana-sini tetap harus berbicara tentang teori.
Pada dasarnya, jenis peristiwa yang biasa diliput ada dua. Pertama adalah peristiwa teragenda. Contohnya adalah seminar, jumpa pers, pesta pernikahan artis dan sebagainya. Kedua, peristiwa tak teragenda. Contohnya kecelakaan pesawat terbang atau bencana alam. Meskipun demikian, banyak “peristiwa tak teragenda” muncul dalam sebuah peristiwa teragenda. Misalnya, terjadi penyerbuan kelompok tertentu ke arena Munas sebuah Parpol.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencontohkan liputan dan penulisan berita untuk peristiwa tak teragenda. Untuk meliput dan menulis berita teragenda, akan mendapat giliran berikut.
Jangan bosan 5W1H
Kalau kita ingat 5W1H dan setiap elemen di dalamnya kita eksplorasi setiap kali melalukan liputan, maka kita telah mendapatkan data yang cukup untuk penulisan suatu berita.
Sebagai contoh, kita melihat kecelakaan di jalan raya. Data apa saja yang harus kita kumpulkan? Catat saja hal-hal di bawah ini (penomoran tidak berarti ada prioritas, tetapi bisa mana saja yang terlebih dahulu bisa kita dapat):
Data-data tersebut bisa kita dapatkan dari observasi lapangan, bertanya kepada saksi/orang yang terlibat, polisi, warga setempat, petugas rumah sakit dsb. Untuk kelengkapan dalam penulisan berita, kita perlu juga melengkapi dengan mencari data sekunder seperti data kecelakaan selama setahun di daerah tempat peristiwa terjadi dsb.
Dari data yang terkumpul, maka kita sudah dapat membuat sebuah berita sekilas menggunakan model penulisan piramida terbalik (Apa piramida terbalik? Kita bahas pada bagian menulis berita nanti):
Senyampang wikimu.com sedang mengadakan berbagai pelatihan menulis berita/laporan tematik, saya mencoba berbagi pengalaman mengenai cara meliput dan menulis berita yang akan saya tulis secara bersambung.
Memang sudah banyak bertebaran tulisan mengenai cara meliput dan menulis berita, baik di buku-buku teks sekolah ataupun di Internet. Ya, anggap saja ini sekadar pelengkap. Lagi pula, saya lebih senang memberikan tips yang aplikabel, meski di sana-sini tetap harus berbicara tentang teori.
Pada dasarnya, jenis peristiwa yang biasa diliput ada dua. Pertama adalah peristiwa teragenda. Contohnya adalah seminar, jumpa pers, pesta pernikahan artis dan sebagainya. Kedua, peristiwa tak teragenda. Contohnya kecelakaan pesawat terbang atau bencana alam. Meskipun demikian, banyak “peristiwa tak teragenda” muncul dalam sebuah peristiwa teragenda. Misalnya, terjadi penyerbuan kelompok tertentu ke arena Munas sebuah Parpol.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencontohkan liputan dan penulisan berita untuk peristiwa tak teragenda. Untuk meliput dan menulis berita teragenda, akan mendapat giliran berikut.
Jangan bosan 5W1H
Setiap kali membahas tentang teori yang berhubungan dengan berita, orang selalu menyebut soal konsep 5W1H (what, who, why, where, when, how). Kita bosan? Jangan. Sebab, sebagaimana halnya dalam menulis berita, konsep 5W1H juga penting dijadikan pegangan dalam meliput berita.
Dalam peristiwa apapun, pasti di dalamnya melibatkan orang atau benda (who) yang sedang melakukan aktivitas, baik pasif maupun aktif (what), di suatu tempat (where) dan waktu (when) tertentu karena sebab (why) tertentu sehingga menimbulkan efek (how) tertentu pula.Kalau kita ingat 5W1H dan setiap elemen di dalamnya kita eksplorasi setiap kali melalukan liputan, maka kita telah mendapatkan data yang cukup untuk penulisan suatu berita.
Sebagai contoh, kita melihat kecelakaan di jalan raya. Data apa saja yang harus kita kumpulkan? Catat saja hal-hal di bawah ini (penomoran tidak berarti ada prioritas, tetapi bisa mana saja yang terlebih dahulu bisa kita dapat):
- Catat/ingat who-nya. Catat semua identitas (mulai nama, umur alamat, ciri-ciri fisik tertentu, pakaian yang dikenakan dsb-dsb) orang yang terlibat. Orang yang terlibat bisa sopir kendaraan yang bertabrakan, penumpang, pejalan kaki yang jadi korban, para penolong, juga polisi yang menangani kasus itu (kalau ada). Termasuk who di sini adalah obyek/benda mati yang terlibat misalnya jenis kendaraan (catat identitasnya, jenis, warna dsb), bangunan yang jadi korban (misalnya bus menabrak palang jembatan) dsb.
- Catat/ingat what-nya. Dalam hal ini adalah bentuk/jenis kejadian. Misalnya tabrakan tunggal atau tabrakan karambol dsb.
- Catat/ingat why-nya atau penyebabnya. Misalnya rem blong, sopir ngantuk, pejalan kaki terlalu berjalan ke tengah, datang kabut yang menghalangi pandangan, dsb.
- Catat/ingat when-nya. Misalnya Sabtu (17/12) sore; saat bubaran sekolah; ketika pekerja istirahat siang, dsb.
- Catat/ingat where-nya. Misal “jalan Amburadul KM 15” Cikoplo; depan rumah makan “Marakke Warek” Jalan Slamet Riyadi, Solo; dekat tempat mangkal PSK “Edan Kabeh”, Kecamatan Sukamabuk; dsb.
- Catat/ingat how-nya. Misalnya, “empat orang tewas di tempat kejadian”, “satu luka parah tiga lainnya hanya lecet-lecet”, “tembok rumah jebol menewaskan satu pekerja di dalamnya”; dsb.
Data-data tersebut bisa kita dapatkan dari observasi lapangan, bertanya kepada saksi/orang yang terlibat, polisi, warga setempat, petugas rumah sakit dsb. Untuk kelengkapan dalam penulisan berita, kita perlu juga melengkapi dengan mencari data sekunder seperti data kecelakaan selama setahun di daerah tempat peristiwa terjadi dsb.
Dari data yang terkumpul, maka kita sudah dapat membuat sebuah berita sekilas menggunakan model penulisan piramida terbalik (Apa piramida terbalik? Kita bahas pada bagian menulis berita nanti):
Dasar Jurnalistik
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.
Apa Itu Jurnalistik?
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.
a. Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.
b. Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
c. Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
d. Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e. Peran Pers
Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.
Berita
Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata "berita" atau "news". Lalu apa itu berita? Berita (news) berdasarkan batasan dari Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa. "News" sendiri mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata "new" yang artinya adalah "baru". Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas. Dari kata "news" sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan "north", "east", "west", dan "south". Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.
Selanjutnya berdasarkan jenisnya, Kris Budiman membedakannya menjadi "straight news" yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara "straight news" tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb., dikategorikan sebagai berita ringan atau lunak (soft news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang dinamakan "feature" atau berita kisah. Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human interest). Sebuah "feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.
Nilai Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.
- Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
- Aktual: terbaru, belum "basi".
- Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.
- Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.
- Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra dalam bukunya "Teknik Menulis Berita dan Feature", malah memberikan dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal tersebut di antaranya adalah:
- sesuatu yang unik,
- sesuatu yang luar biasa,
- sesuatu yang langka,
- sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,
- menyangkut keinginan publik,
- yang tersembunyi,
- sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
- sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
- pemikiran dari tokoh penting,
- komentar/ucapan dari tokoh penting,
- kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
- hal lain yang luar biasa.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.
Anatomi Berita dan Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Judul atau kepala berita (headline).
- Baris tanggal (dateline).
- Teras berita (lead atau intro).
- Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
- Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
- What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
- WHERE - di mana terjadinya peristiwa itu?
- Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
- When - kapan terjadinya?
- How - bagaimana terjadinya?
Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca.
Sumber Berita
Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini.
- Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
- Proses wawancara.
- Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
- Partisipasi dalam peristiwa.
Kiranya tulisan singkat tentang dasar-dasar jurnalistik di atas akan lebih membantu kita saat mengerjakan proses kreatif kita dalam penulisan jurnalistik.
Sumber bacaan:
Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik -- Info Jawa 12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.
Ishwara, Luwi. 2005. "Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks.
Langganan:
Komentar (Atom)
